Jakarta, CNN Indonesia —
Departemen Pengendalian Penyakit (DDC) Thailand melaporkan kenaikan kasus Pandemi dalam beberapa hari terakhir di negara itu.
Per Senin (2/6), Negeri Gajah Putih mencatat 10.192 kasus baru Pandemi. Bila diakumulasikan dengan total kasus pada Minggu (1/6) yang mencapai 18.102 kasus, maka jumlah kasus Pandemi di Thailand dalam dua hari terakhir mencapai 28.294 kasus.
Kenaikan jumlah kasus Pandemi di Thailand ini terjadi kala beberapa negara lain di kawasan seperti Indonesia Bahkan mencatat kemunculan kasus baru. Selain di Asia Tenggara, negara Asia lain seperti Hong Kong dan China Bahkan kembali mengalami lonjakan kasus penularan Pandemi dalam beberapa pekan terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari The Straits Times, kasus Pandemi di Thailand ini tercatat melalui laporan digital sistem pemantauan penyakit.
Dari kasus terbaru, sebanyak 9.304 di antaranya merupakan pasien rawat jalan. Sementara itu, sebanyak 888 pasien merupakan kasus parah yang membutuhkan rawat inap dan satu pasien dilaporkan meninggal dunia.
Pada 27 Mei, total kumulatif kasus Pandemi di Thailand selama 2025 mencapai 323.301, dengan jumlah kematian sebanyak 69 kasus.
Direktur jenderal departemen layanan medis, Taweesin Visanuyothin, mengatakan lonjakan kasus ini kemungkinan disebabkan oleh datangnya musim hujan serta kegiatan belajar mengajar yang kembali aktif.
Periode ini Bahkan bertepatan dengan meningkatnya kasus influenza yang memiliki gejala mirip Pandemi.
“Orang yang tidak berisiko tinggi yang terinfeksi biasanya mengalami gejala ringan dan dapat pulih sendiri atau dengan Resep-obatan yang dijual bebas seperti penurun demam, Resep batuk, dan dekongestan. Bertolak belakang dengan, untuk kelompok berisiko tinggi seperti lansia atau anak-anak di bawah satu tahun, kami mengimbau untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit,” kata Taweesin.
Wakil direktur jenderal DDC, Suthat Chottanapund, menjelaskan peningkatan kasus Pandemi di Thailand sejalan dengan pola musiman penyebaran penyakit infeksi pernapasan.
Ketika sekolah kembali dibuka dan musim hujan tiba, kasus-kasus infeksi saluran pernapasan atas cenderung meningkat, terutama di kalangan pelajar karena kontak dekat mereka satu sama lain.
DDC pun mengimbau Supaya bisa masyarakat Thailand menerapkan langkah-langkah pencegahan guna menekan peningkatan kasus Pandemi, seperti menggunakan masker, menjaga jarak sosial, rajin mencuci tangan, serta menghindari tempat-tempat ramai.
Sekalipun tingkat kematian rendah, kelompok lansia masih menjadi perhatian utama. Seiring dengan ini, DDC merekomendasikan Supaya bisa masyarakat menerima vaksin flu guna mencegah infeksi lanjutan.
“Pada Saat ini Bahkan, varian Pandemi yang menyebar di Thailand Merupakan XEC, yang lebih menular Bertolak belakang dengan menimbulkan gejala ringan mirip dengan flu. Hal ini tercermin dalam tingkat rawat inap yang rendah, dengan banyak pasien pulih secara mandiri tanpa Resep,” kata Suthat.
Wakil direktur jenderal departemen layanan medis, Sakan Bunnag, mewanti-wanti bahwa membedakan gejala flu dengan Pandemi cenderung sulit. Dikarenakan oleh itu, Bila flu memburuk Sampai sekarang demam di atas 38,5 derajat Celsius, sesak napas, kelelahan, atau kadar oksigen darah di bawah 95 persen Harus hukumnya untuk mencari pertolongan medis.
Kelompok berisiko tinggi yang mesti waspada meliputi lansia, anak-anak di bawah usia satu tahun, orang dengan penyakit kronis, serta ibu hamil.
Pasien dengan gejala parah atau mereka yang berada dalam kelompok berisiko tinggi memerlukan perawatan dengan Remdesivir dan Paxlovid. Resep ini masih tersedia di berbagai perusahaan farmasi.
Sementara itu, mereka yang mengalami gejala Dalam proses dan tidak memiliki penyakit paru-paru dapat menggunakan Molnupiravir. Resep ini diproduksi Organisasi Farmasi Pemerintah.
“Tidak ada rekomendasi untuk berhenti bekerja atau karantina mandiri saat sakit. Cuti sakit Dianjurkan ditentukan atas kebijaksanaan dokter, seperti halnya penyakit menular lainnya,” kata Sakan.
(blq/rds)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA