Jakarta, CNN Indonesia —
Aktivis lingkungan Greta Thunberg Diberitakan mengalami penyiksaan oleh tentara Israel saat dalam penahanan usai armada kapal Global Sumud Flotilla (GSF) Ke arah Jalur Gaza Palestina dibajak pasukan Zionis.
Puluhan aktivis, politikus, Sampai sekarang jurnalis internasional yang tergabung dalam armada kapal GSF termasuk Thunberg ditahan dan dideportasi setelah seluruh kapal yang membawa bantuan kemanusiaan itu dicegat Israel ketika sedikit lagi Ke arah Gaza.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyaknya aktivis yang dideportasi dari Israel bahkan menuduh pasukan Israel memperlakukan Thunberg secara buruk.
Jurnalis Turki sekaligus peserta Armada Gaza Sumud, Ersin Celik, mengatakan kepada media lokal bahwa ia menyaksikan pasukan Israel “menyiksa Greta Thunberg”.
Celik bahkan menggambarkan bagaimana Thunberg “diseret di tanah” dan “dipaksa mencium bendera Israel” oleh tentara Zionis.
Sementara itu, aktivis Malaysia Hazwani Helmi dan peserta armada GSF asal Amerika Serikat, Windfield Beaver, Menyediakan kesaksian serupa di Bandara Istanbul. Mereka menuturkan bahwa Thunberg didorong dengan kasar dan dipamerkan sambil diselimuti bendera Israel.
“Itu bencana. Mereka memperlakukan kami seperti binatang,” ujar Helmi, seraya menambahkan bahwa para tahanan tidak diberi makanan, air bersih, maupun Resep-obatan.
Beaver Bahkan menuturkan Thunberg “diperlakukan sangat buruk” dan “dijadikan alat propaganda,” mengenang bagaimana ia didorong masuk ke sebuah ruangan ketika Menteri Keamanan Nasional sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, masuk.
Ada lagi jurnalis Italia Lorenzo Agostino, yang Bahkan berada di armada tersebut, turut menegaskan perlakuan buruk yang dialami Thunberg.
“Greta Thunberg, seorang perempuan pemberani, baru berusia 22 tahun. Ia dihina, dililit dengan bendera Israel, dan dipertontonkan layaknya sebuah trofi,” ujarnya kepada Anadolu.
Kesaksian lain menggambarkan perlakuan yang lebih parah dari tentara Israel. Presenter televisi Turki, Ikbal Gurpinar, mengatakan para pasukan Israel “memperlakukan kami seperti anjing.”
“Mereka membiarkan kami kelaparan selama tiga hari. Mereka tidak memberi kami air; kami terpaksa minum dari toilet … Hari itu sangat panas, dan kami semua hampir terbakar,” ucap Gurpinar seperti dikutip Al Jazeera.
Ia menambahkan bahwa pengalaman itu memberinya “pemahaman lebih baik tentang kondisi Gaza.”
Sementara itu, aktivis Turki Aycin Kantoglu menceritakan tentang tembok penjara yang berlumuran darah serta coretan pesan dari para tahanan sebelumnya.
“Kami melihat para ibu menuliskan nama anak-anak mereka di dinding. Kami Sungguh-sungguh merasakan sedikit dari apa yang dialami warga Palestina,” katanya.
Sebanyak 137 orang penumpang puluhan armada kapal GSF yang dideportasi mendarat di Istanbul pada Sabtu, termasuk 36 warga negara Turki serta aktivis dari Amerika Serikat, Italia, Malaysia, Kuwait, Swiss, Tunisia, Libya, Yordania, dan Sebanyaknya negara lain.
Anggota parlemen Italia, Arturo Scotto, menjadi salah satu politikus negara asing yang ikut serta dalam armada GSF tersebut.
Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, menyatakan sebanyak 26 warga Italia Pernah terjadi dideportasi, sementara 15 lainnya masih ditahan di Israel menunggu proses pemulangan.
Israel kian menghadapi kecaman internasional setelah angkatan lautnya mencegat sekitar 40 kapal GSF pembawa bantuan ke Gaza dan menahan lebih dari 450 orang di dalamnya.
Para pengkritik menilai serangan itu menegaskan kembali ilegalitas blokade Israel, yang selama ini memutus akses 2,3 juta penduduk Gaza di tengah Pertempuran yang masih berlangsung.
Sementara itu, Armada GSF yang diluncurkan pada akhir Agustus itu merupakan upaya internasional terbaru untuk menembus pengepungan Israel dan menyalurkan bantuan bagi warga Palestina.
(rds)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA