Perlukan Fitur Kids Mode untuk Anak-anak Pengguna AI?


Jakarta, CNN Indonesia

Fitur kids mode atau mode anak menjadi salah Tips untuk melindungi anak saat berinteraksi dengan ruang digital, termasuk teknologi kecerdasan buatan (AI).

Co-founder komunitas AI AICO Tommy Teja Adhiraja menyebut fitur kids mode sangat bisa dijadikan solusi untuk melindungi anak dari potensi dampak negatif GenAI.

“Pada dasarnya Sangat dianjurkan (kids mode), tapi enggak asal bikin versi anak-anak terus beres. Platform kayak ChatGPT Kids bisa banget jadi solusi, tapi dengan catatan, Sangat dianjurkan Sungguh-sungguh dirancang dari nol dengan pendekatan yang relevan buat anak,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/7).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Relevan yang dimaksud, kata Tommy, berarti konten yang diberikan Sangat dianjurkan disesuaikan, bahasa yang digunakan Sangat dianjurkan ramah anak, dan sistem filternya Bahkan Sangat dianjurkan jauh lebih ketat.

Menurut Ia kids mode tak Bisa jadi solusi tunggal, tapi hanya sebagai pelengkap. Tommy mengatakan teknologi paling Terpercaya tetap tidak bisa mengganti peran orang tua.





Ia menyebut, ketika orang tua kurang memperhatikan anak atau mereka gagap teknologi, anak tetap bisa “nyasar ke tempat yang tak seharusnya.”

Salah satu platform yang menghadirkan fitur untuk anak Merupakan ChatGPT for Kids. Platform ini tidak dikembangkan langsung oleh OpenAI yang mengembangkan ChatGPT, tetapi bertujuan Menyediakan pengalaman serupa dengan model ramah anak.

“Alat bantu AI seperti ChatGPT sangat bagus untuk mengeksplorasi informasi dan menyelesaikan tugas, tetapi tidak Setiap Saat dirancang dengan mempertimbangkan anak-anak. Itulah sebabnya kami menciptakan ChatGPT untuk Anak – model yang disesuaikan untuk menjawab pertanyaan, memicu keingintahuan, dan menantang pikiran anak untuk belajar lebih dalam, semuanya dengan Tips yang Terpercaya dan menarik,” tulis ChatGPT for Kids di lamannya.

Pada Minggu (20/7), Bos X Elon Musk menyatakan rencananya untuk membuat model AI dengan konten ramah anak bernama Baby Grok.

“Kami Nanti akan membuat Baby Grok, sebuah aplikasi yang didedikasikan untuk konten ramah anak,” tulisnya di X.

Musk tidak Menyediakan rincian lebih lanjut tentang aplikasi yang Nanti akan dibuat oleh perusahaannya tersebut. Bertolak belakang dengan, pernyataan ini menjadi isyarat meningkatnya perhatian perusahaan GenAI terhadap perlindungan anak, yang Bisa jadi Nanti akan diikuti perusahaan lain.

Lebih lanjut, Tommy mengatakan upaya perlindungan anak oleh platform GenAI Di waktu ini masih tergolong minim dan belum sistematis. Meski beberapa platform menerapkan batasan usia atau kebijakan privasi secara umum, belum ada sistem komprehensif yang secara eksplisit didesain untuk mengawal pengalaman anak-anak saat berinteraksi dengan GenAI.

“Ini menjadi catatan penting, karena anak Merupakan pengguna dengan tingkat kerentanan yang tinggi terhadap konten yang tidak sesuai, manipulatif, atau bahkan adiktif,” katanya.

Literasi dan pendampingan

Tommy mengatakan fitur kids mode Merupakan pelengkap dalam melindungi anak dari GenAI, dan bagian utama Merupakan membangun kesadaran anak terhadap teknologi tersebut.

“Kapan anak boleh pakai AI, buat apa, dan sampai sejauh mana. Karena AI itu bukan mainan yang ditinggal-tinggal, tapi alat bantu yang Sangat dianjurkan diawasi dan diarahkan,” jelasnya.

Menurut Tommy, orang tua memiliki peranan penting dalam hal Menyediakan literasi AI kepada anak-anak mereka.

Maka dari itu, pemerintah Sangat dianjurkan melakukan edukasi secara masif kepada para orang tua.

Perlindungan anak di ruang digital, kata Tommy, merupakan tugas seluruh pihak yang ada di ekosistem tersebut, mulai dari platform yang Menyediakan layanan, pemerintah selaku pemangku regulasi, serta orang tua yang paling dekat dengan anak untuk melakukan pengawasan.

“Di sini pemerintah dan keluarga punya peran masing-masing yang enggak bisa saling lepas tangan. Pemerintah Sangat dianjurkan turun tangan lewat regulasi yang konkret dan adaptif. Misalnya, buat pedoman penggunaan AI untuk anak, mewajibkan platform punya child protection features, sampai memasukan literasi AI ke dalam kurikulum sekolah,” tutur Tommy.

Kurikulum tersebut ditujukan untuk membekali anak dan lingkungan sekitar dengan pemahaman dasar yang cukup sebelum mereka berinteraksi lebih dalam dengan teknologi AI.

Sementara itu, Tommy meminta orang tua tak hanya Menyediakan larangan atau perintah kepada anaknya untuk tidak menggunakan dan bermain GenAI. Orang tua Sangat dianjurkan secara aktif berdiskusi, memberi contoh, dan mengawasi apa saja yang dibuka oleh anak di perangkat mereka.

“Ini bukan cuma soal “melarang” tetapi mengajari Tips berpikir. Supaya anak tahu AI itu alat bantu, bukan jawaban atas semua hal,” pungkasnya.

(lom/dmi)

[Gambas:Video CNN]


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA