Neta Terancam Kembalikan Rp1 Triliun Dana Bantuan Pemerintah Pemerintah Thailand


Jakarta, CNN Indonesia

Pabrikan otomotif khusus Motor Listrik Neta yang Tengah mengikuti program pemerintah Thailand terancam Wajib mengembalikan dana Bantuan Pemerintah andai gagal memenuhi syarat atau target yang Sudah ditentukan.

Nilai Bantuan Pemerintah yang Wajib dikembalikan ini tak main-main yaitu 2 miliar baht atau Bila dirupiahkan sekitar Rp1 triliun (kurs Rp501,1).

Pihak Neta tengah mengkaji masalah tersebut mengingat uang yang Berniat dikembalikan cukup besar di tengah masa sulit perusahaan Pada Di waktu ini.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hozon Auto, perusahaan induk Neta Auto Thailand, Tengah merestrukturisasi tim manajemen dalam upaya mengatasi masalah keuangan dan keluar dari krisis, termasuk opsi konversi utang menjadi ekuitas dan penggalangan dana tambahan.

“Masalah ini Wajib dipertimbangkan oleh tim eksekutif baru dan jumlah uangnya sangat besar,” ujar juru bicara perusahaan mengutip Bangkok Post, Jumat (27/6).

Sementara itu Wakil Menteri Keuangan Thailand Paopoom Rojanasakul menyebut Bantuan Pemerintah dari pemerintah Thailand tidaklah cuma-cuma. Para pabrikan diberikan syarat Wajib membangun pabrik produksi EV di Thailand untuk menggantikan Pembelian Barang dari Luar Negeri secara bertahap.

Bila syarat ini tidak dipenuhi, perusahaan Wajib mengembalikan dana Bantuan Pemerintah.

Dalam Fase 2 program promosi Motor Listrik pemerintah yang berlangsung dari 2024 Sampai saat ini 2027, Bantuan Pemerintah untuk Membantu disalurkan melalui importir dan diteruskan kepada konsumen.

Kendaraan Pribadi penumpang dan pikap ‘hijau’ bisa mendapatkan Bantuan Pemerintah Sampai saat ini 100 ribu baht per unit, sementara sepeda Kendaraan Bermotor Roda Dua listrik menerima Bantuan Pemerintah Sampai saat ini 10 ribu baht per unit.

Pemerintah Bahkan menurunkan bea masuk untuk Motor Listrik dalam bentuk Completely Built-Up (CBU) Sampai saat ini maksimum 40 persen periode 2024-2025, dan menurunkan Retribusi Negara konsumsi (excise tax) dari 8 persen menjadi 2 persen.

Kementerian Keuangan menegaskan produsen Kendaraan Pribadi yang ikut program ini Wajib membangun pabrik Motor Listrik di dalam negeri.

Terlebih lagi, perusahaan Bahkan Wajib memproduksi kendaraan EV lokal untuk menyeimbangkan jumlah Pembelian Barang dari Luar Negeri, dengan rasio dua unit Motor Listrik lokal untuk setiap satu unit Motor Listrik Pembelian Barang dari Luar Negeri pada 2026.

Bila target produksi itu tidak tercapai, perusahaan Wajib menggantinya dengan rasio tiga Motor Listrik lokal untuk setiap unit Pembelian Barang dari Luar Negeri pada 2027.

Dalam kasus Neta, Sun Baolong, kepala Usaha Asia Tenggara Hozon Auto, sebelumnya meyakinkan pelanggan Thailand, bila produksi dan penjualan Berniat tetap berlanjut. Ia Bahkan memprediksi masalah keuangan perusahaan Berniat segera teratasi.

Neta sendiri Sudah berekspansi ke Thailand sejak 2022 dan bekerja sama dengan Bangchan General Assembly untuk memulai perakitan EV berbasis baterai (BEV) pada Maret 2024. Ini sekaligus menjadi pabrik Kendaraan Pribadi listrik pertama Neta di luar China.

Kapasitas produksi tahunan pabrik tersebut mencapai 10 ribu unit. Per Mei tahun ini, Neta diklaim Sudah menjual Kendaraan Pribadi kepada sekitar 25 ribu pelanggan di Thailand.

(ryh/fea)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA