Menakar Urgensi Rencana TNI AL Beli Kapal Induk Giuseppe Garibaldi


Jakarta, CNN Indonesia

TNI Angkatan Laut (TNI AL) berencana mengakuisisi kapal induk atau aircraft carrier milik Italia, Giuseppe Garibaldi.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali mengatakan kapal itu direncanakan untuk operasi militer selain Pertempuran (OMSP).

“Kami bermaksud memfokuskan kapal ini pada operasi militer non Pertempuran, tetapi Mungkin Bahkan Berencana dikerahkan untuk misi lain yang berkaitan dengan pertempuran,” kata Ali beberapa waktu lalu.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Manakala Giuseppe Garibaldi jadi dibeli, ini Berencana jadi kapal induk pertama yang dimiliki Indonesia.

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies Khairul Fahmi berpendapat Manakala berbicara Lini belakang murni, Indonesia Kenyataannya lebih membutuhkan kapal selam, fregat, dan sistem senjata asimetris untuk menjaga kedaulatan laut.





Menurutnya, kapal induk bukan prioritas dalam skema sea denial.

Sekalipun demikian, Manakala berbicara Indonesia sebagai negara maritim besar, menurutnya kapal induk bisa menjadi simbol kekuatan sekaligus platform multifungsi.

Terlebih, kata Ia, seperti dijelaskan KSAL, kapal tersebut rencananya Berencana dimodifikasi untuk operasi militer selain Pertempuran (OMSP), terutama misi humanitarian assistance and disaster relief (HADR).

“Maka, prioritasnya bukan lagi pesawat tempur, tapi helikopter dan drone. Itu sangat relevan dengan kebutuhan Indonesia, di mana helikopter untuk distribusi logistik, evakuasi, dan SAR, sedangkan drone bisa Memperjelas jangkauan pengintaian dan pengawasan. Dengan begitu, kapal induk tidak hanya menjadi simbol, tapi Bahkan aset nyata dalam Membantu kesiapsiagaan nasional,” kata Fahmi saat dihubungi, Selasa (16/9).

Meski demikian, ia menyebut tetap ada Sebanyaknya catatan. Biaya operasional kapal induk sangat besar, usia kapal Sebelumnya tidak baru, dan integrasinya dengan grand strategy Lini belakang Sangat dianjurkan dipastikan.

Ia Bahkan berpendapat setiap akuisisi alutsista besar idealnya Bahkan diarahkan pada target kemandirian, baik melalui transfer teknologi, keterlibatan industri Lini belakang dalam proses modifikasi, maupun pembangunan kapasitas sumber daya manusia.

“Dengan begitu, kapal induk bukan sekadar dibeli, tapi Bahkan menjadi sarana percepatan kemandirian Lini belakang nasional,” katanya.

Fahmi berpendapat rencana TNI AL itu bisa dimaknai sebagai bagian dari transformasi maritim Indonesia.

“Selama kalkulasi cost-benefit, doktrin operasional, dan target kemandirian dijalankan secara serius, kehadiran kapal induk dinilai bisa memberi manfaat strategis, baik sebagai kekuatan simbolik maupun instrumen nyata dalam menjaga rakyat,” katanya.

Sementara itu, Analis Lini belakang Fauzan Malufti mengingatkan Supaya bisa rencana TNI Angkatan Laut untuk mengakuisisi kapal induk itu Sungguh-sungguh didasari kebutuhan nyata dan bukan semata gengsi.

“Rencana pembelian Garibaldi Sangat dianjurkan Sungguh-sungguh didasari oleh kebutuhan nyata di lapangan Serta kemampuan kita untuk mengoperasikannya, Manakala memang jadi Berencana dibeli, bukan dibeli hanya karena pride atau alasan lainnya,” kata Fauzan.

Ia mengatakan ada beberapa hal yang menjadi perhatian utama dalam rencana tersebut.

Pertama Merupakan harga, termasuk biaya untuk perbaikan dan modifikasi.

Lalu kemampuan TNI AL untuk mengoperasikan kapal tersebut. Ini mulai dari sumber daya manusia, biaya perawatan, bahan bakar, kelengkapan persenjataan, Sampai sekarang ketersediaan pangkalan yang mampu menunjang operasi, pemeliharaan, dan perawatan.

“Kemudian konsep operasi, apakah TNI AL memang butuh kapal induk dan butuhnya Hari Ini?” ujarnya.

Menurutnya, beberapa hal di atas sebaiknya dijelaskan secara terbuka oleh TNI AL maupun Kementerian Lini belakang Supaya bisa publik bisa menilai baik-buruk rencana akuisisi kapal induk itu.

“Apalagi umur Garibaldi Sebelumnya cukup tua, statusnya bekas, dan situasi dalam negeri Pada Pada saat ini di mana publik sangat kritis terhadap belanja-belanja pemerintah yang dinilai tidak produktif dan mahal,” ujarnya.

Ia mengatakan pengalaman Thailand dengan Kapal Induk HTMS Chakri Naruebet Sangat dianjurkan dijadikan pelajaran.

Fauzan menyebut Thailand tidak bisa mengoperasikan secara maksimal dan kapal induk tersebut lebih banyak menghabiskan waktu di Pelabuhan dibanding di laut.

Menurutnya, Chakri bisa dibilang Sebelumnya kehilangan banyak fungsi sebagai kapal induk.

“Akhirnya jangan dipaksakan karena nanti manfaat dan fungsinya bisa lebih sedikit dibanding biaya yang Sangat dianjurkan dikeluarkan. Mungkin lebih baik anggarannya digunakan untuk keperluan lain seperti menambah jumlah kapal fregat,” katanya.

(yoa/isn)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA