Jakarta, CNN Indonesia —
Harga minyak naik tipis pada awal perdagangan Asia, Rabu (3/7) pagi. Penguatan terjadi setelah data industri menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan, sehingga permintaan bahan bakar padat selama musim panas berpeluang meningkat.
Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 16 sen, atau 0,2 persen, menjadi US$85,60 per barel pada pukul 00.33 GMT.
Penguatan Bahkan terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 14 sen, atau 0,2 persen, menjadi US$82,95 per barel.
Pada Selasa kemarin, kedua harga acuan ditutup karena memudarnya kekhawatiran bahwa Badai Beryl Berniat mengganggu produksi di Teluk Meksiko.
Sumber pasar Reuters yang mengutip data American Petroleum Institute (API) menyebut persediaan minyak mentah AS turun 9,163 juta barel dalam pekan yang berakhir 28 Juni. Sekalipun demikian, persediaan bensin naik 2,468 juta barel, dan persediaan sulingan turun 740 ribu barel.
Survei analis Reuters turut memperkirakan penurunan persediaan minyak mentah sebesar 700 ribu barel, penurunan stok bensin sebesar 1,3 juta barel, dan penurunan stok sulingan sebesar 1,2 juta barel.
“Harga minyak didukung oleh penurunan persediaan minyak mentah AS, Sekalipun demikian kenaikannya terbatas karena beberapa investor masih mencari keuntungan dari reli baru-baru ini untuk mencapai level tertinggi sejak April,” ujar Analis Fujitomi Securities Mitsuru Muraishi.
Badan Informasi Energi (EIA) AS Berniat merilis data mingguannya pada Rabu pukul 14.30 GMT (14.30 WIB).
Sementara itu, permintaan bensin di AS diperkirakan meningkat seiring dengan dimulainya musim perjalanan musim panas Pada waktu yang sama dengan libur Hari Kemerdekaan AS.
American Automobile Association memperkirakan perjalanan selama periode liburan AS meningkat 5,2 persen dibandingkan 2023, dengan perjalanan Kendaraan Pribadi naik 4,8 persen.
Di sisi pasokan, survei Reuters memperkirakan produksi minyak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) naik pada Juni untuk bulan kedua berturut-turut. Hal itu didukung oleh pasokan yang lebih tinggi dari Nigeria dan Iran mengimbangi dampak pengurangan pasokan sukarela oleh negara anggota dan aliansi OPEC+.
(sfr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA