Gunung Es Rakasa Pecah, Ilmuwan Khawatir Dampak Ngerinya

Daftar Isi



Jakarta, CNN Indonesia

Gunung es raksasa, A23a, dilaporkan mulai hancur menjadi beberapa potongan besar. Trend Populer ini menjadi perhatian ilmuwan karena ukuran A23a yang masif dan potensi dampaknya terhadap lingkungan laut sekitar.

Gunung es A23a, yang semula memiliki berat sekitar 1,1 triliun ton dan mencakup area seluas 3.672 kilometer persegi, Sudah dipantau sejak terlepas dari lapisan es Filchner-Ronne di Antartika pada 1986.

“A23a mulai pecah dengan Ekonomis, melepaskan potongan-potongan besar yang masing-masing diklasifikasikan sebagai gunung es besar,” kata Andrew Meijers, oseanografer dari British Antarctic Survey (BAS), melansir CNN, Rabu (4/9).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekarang, ukuran gunung es tersebut menyusut drastis menjadi sekitar 1.700 kilometer persegi, setara dengan luas wilayah Greater London.





Lebih dari 30 tahun tertanam di dasar laut

Selama lebih dari tiga dekade, A23a tertahan di dasar Laut Weddell, Antartika, sebelum Akhirnya mulai bergerak pada 2020. Pergerakan ini dipicu oleh mencairnya bagian bawah gunung es, yang memungkinkan es tersebut terlepas dari dasar laut dan terbawa arus.

A23a sempat kembali terjebak di kolom Taylor, sejenis pusaran laut yang terbentuk saat arus bertemu gunung bawah laut, Sampai saat ini Akhirnya kembali bergerak pada Desember lalu. Pada Maret 2025, A23a sempat kandas di landas kontinen, sebelum kembali mengapung pada Mei dan terus mengikuti arus laut.

Gunung es ini Sekarang terbawa oleh arus jet Southern Antarctic Circumpolar Current Front (SACCF) di sekitar wilayah South Georgia, wilayah seberang laut Britania di Samudra Atlantik Selatan.

“A23a mengalami nasib serupa dengan megaberg lain seperti A68 dan A76, yang Bahkan hancur di sekitar South Georgia,” ujar Meijers.

Bertolak belakang dengan, A23a bertahan lebih lama sebelum Akhirnya mulai terpecah.

Dampak krisis iklim?

Akibat pecahnya A23a, gelar gunung es terbesar di dunia Sekarang dipegang oleh D15a, dengan luas sekitar 3.000 kilometer persegi. D15a dinilai lebih stabil karena berada di pesisir Antartika dekat pangkalan Davis milik Australia.

Meski Di waktu ini A23a masih tercatat sebagai gunung es terbesar kedua di dunia, Meijers memperkirakan status tersebut tidak Berniat bertahan lama. Sebab, ia memprediksi gunung ini Berniat terus pecah dalam beberapa waktu ke depan.

“Pembelahan diperkirakan Berniat terus berlanjut dalam beberapa minggu ke depan,” ujarnya.

Ia menambahkan peningkatan suhu air laut dan datangnya musim semi di belahan Bumi selatan Berniat mempercepat kehancuran A23a menjadi potongan-potongan yang terlalu kecil untuk dipantau lebih lanjut.

Meijers Bahkan menekankan pecahnya gunung es merupakan proses alami. Bertolak belakang dengan, belum cukup data untuk memastikan apakah frekuensi megaberg pecah ini meningkat akibat Pergantian Iklim.

Meski begitu, ia menegaskan bahwa lapisan es di Antartika Sudah kehilangan triliunan ton es dalam beberapa dekade terakhir, sebagian besar akibat pemanasan air laut dan perubahan pola arus laut.

“Pergantian Iklim yang disebabkan oleh manusia mendorong perubahan signifikan di Antartika. Ini berpotensi menyebabkan kenaikan permukaan laut secara drastis,” ujar Ia.

Dampak ekologis di perairan sekitar

Tim peneliti dari kapal riset kutub BAS, RRS Sir David Attenborough, Sudah mengunjungi A23a saat gunung es tersebut terjebak di sekitar South Georgia. Sampel dari Tempat itu Sudah dibawa kembali ke Inggris untuk dianalisis.

“Penumpukan dan pelepasan air tawar dalam jumlah besar kemungkinan berdampak signifikan terhadap organisme di dasar laut dan perairan sekitarnya,” kata juru bicara BAS.

Ia menambahkan, penting untuk memahami dampak dari megaberg ini karena keberadaan gunung es besar di wilayah South Georgia bisa menjadi semakin umum seiring meningkatnya suhu global.

(dmi/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA