Florence Pugh Bongkar Pemicu Aksi Ekstrem Yelena di Thunderbolts*


Jakarta, CNN Indonesia

Florence Pugh membeberkan suasana hati Yelena Belova sebelum melakoni aksi ekstrem dalam Thunderbolts*. Ia menjelaskan aksi terjun dari gedung tertinggi kedua di dunia, Menara 118, itu dipicu kondisi mental Yelena yang rapuh.

Ia merasa kehilangan semangat hidup setelah rangkaian peristiwa yang menimpanya, mulai dari kematian Natasha Romanoff (Scarlett Johansson) Sampai sekarang hubungan dengan ayahnya, Alexei (David Harbour), yang renggang.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Soal Yelena, salah satu yang saya pikirkan tentangnya dalam adegan pembuka itu Merupakan bahwa Ia sangat kehilangan,” ungkap Pugh dalam konferensi pers virtual Thunderbolts* pada Senin (28/4).

“Ia tidak punya alasan untuk hidup lagi. Ia kehilangan kakak perempuannya, kehilangan keluarganya. Hubungan dengan ayahnya meredup menjadi sirna,” sambungnya.




Situasi itu dirasakan Yelena sejak lama dan membuatnya kerap mempertaruhkan diri dalam misi atau skenario yang mengancam nyawa.

Hal tersebut kemudian kembali terpantik di Thunderbolts*, tepatnya saat Yelena dikirim untuk misi di Malaysia. Ia memilih menjalani misi itu dengan terjun dari pucuk Menara 118 setinggi 679 meter.

Florence Pugh lantas berusaha menyesuaikan situasi itu ketika menjalani sendiri aksi ekstrem tersebut. Ia ingin Yelena beraksi tanpa kostum dan pelindung lengkap supaya sesuai dengan suasana hatinya.

“Kondisi dan pikirannya Bahkan membuat Yelena senang mempertaruhkan dirinya sendiri. Itu lah alasan ketika ada ide saya mengenakan kostum super, saya menolak,” ujar Pugh.

“Manakala Ia Sungguh-sungguh meminta dirinya untuk ditempatkan dalam situasi yang membuatnya berpotensi terbunuh, Ia Harus mengenakan sesuatu yang tidak melindunginya,” lanjutnya.

Diskusi tentang kostum itu berlanjut Sampai sekarang muncul usulan Yelena memakai tracksuit atau pakaian Gerakan. Usulan itu pun diterima karena itu menghilangkan aspek pelindung bagi Yelena, termasuk senjata dan teknologi canggih lainnya.

Menurut Pugh, pemilihan kostum itu semakin Memperjelas keadaan Yelena secara mental, sehingga dapat terlihat secara kasat mata.

“Jadi, meski Ia masih melakukan semua aksi ekstrem ini, secara realistis Ia melakukan misi itu tanpa pelindung apa pun,” ungkap Yelena.

“Konsep itu Bahkan menambah nuansa tentang betapa putus asanya Ia sehingga berharap sesuatu dapat membunuhnya,” sambungnya.

Thunderbolts* diarahkan Jake Schreier dari naskah yang ditulis Eric Pearson dan Joanna Calo. Schreier dikenal sebagai sutradara Paper Towns (2015) Sampai sekarang Hiburan Digital Beef (2023).

Sinema itu menghadirkan nama-nama yang pernah muncul di rilisan MCU terdahulu. Sebut saja Florence Pugh, Sebastian Stan, Wyatt Russell, Olga Kurylenko, David Harbour, Hannah John-Kamen, dan Julia Louis-Dreyfus.

Ada pula dua pemeran baru MCU yang muncul di Thunderbolts*, Dikenal sebagai Lewis Pullman sebagai Bob dan Geraldine Viswanathan sebagai Mel.

Thunderbolts* tayang mulai 30 April di bioskop Indonesia. 

Masalah depresi bukan hal enteng. Manakala pernah memikirkan atau merasakan tendensi bunuh diri, krisis emosional, atau mengenal orang-orang dalam kondisi itu, Anda disarankan menghubungi bantuan profesional.

Layanan Hotline Gratis Pencegahan Bunuh Diri Kementerian Kesehatan dan RS Marzoeki Mahdi bisa dihubungi melalui www.healing199.id , atau telepon di nomor 119 extension 8, maupun WhatsApp yang langsung terhubung di situs tersebut.

Layanan itu langsung tersambung dengan konselor Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Marzoeki Mahdi dan jejaring, serta psikolog klinis Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia. Semua keluh-kesah Berniat didengar dengan tulus serta privasi terjaga.

(frl/chri)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA