AS, Israel, UEA Gelar Pertemuan Rahasia Bahas Nasib Gaza Pasca Agresi


Jakarta, CNN Indonesia

Amerika Serikat, Israel, dan Uni Emirat Arab menggelar pertemuan rahasia untuk membahas strategi potensial masa depan Gaza pasca agresi.

Dilansir Fox News, pertemuan yang digelar pada Kamis (18/7) lalu ini pertama kali dilaporkan oleh Axios. Sekalipun informasi detail pertemuan ini belum jelas, termasuk apakah Bahkan dibahas soal opsi untuk mengakhiri Konflik Bersenjata di Gaza.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertemuan yang dilakukan di Abu Dhabi ini dihadiri oleh Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed, Koordinator Gedung Putih untuk Timur Tengah Brett McGurk, dan penasihat kebijakan senior di Kementerian Luar Negeri AS Tom Sullivan.

Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer dan dua pejabat senior Lini belakang Israel Bahkan hadir dalam pertemuan tersebut.

Axios melaporkan sehari sebelum pejabat ketiga negara itu bertemu, seorang pejabat senior UEA mengindikasikan bahwa Abu Dhabi bersedia menyumbangkan pasukan untuk pasukan penjaga perdamaian pascaperang di Gaza.

Hal ini menjadikan UEA sebagai negara Arab pertama yang secara terbuka Membantu rencana pasca gencatan senjata yang didorong diam-diam oleh pemerintah Kepala Negara Joe Biden.

Ditambah lagi dengan sebelumnya utusan khusus untuk Abdullah bin Zayed, Lana Nusseibeh, Bahkan menulis opini soal “misi internasional sementara” di Gaza.

Dilansir New Arab, Ia menyerukan misi ini untuk mengatasi krisis kemanusiaan, menegakkan hukum dan ketertiban, meletakkan dasar bagi pemerintahan yang fungsional, dan membuka jalan untuk menyatukan kembali Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, di bawah satu otoritas Palestina yang sah.

Pasukan internasional hanya bisa memasuki Gaza, atas undangan resmi dari Otoritas Palestina (Palestinian Authority/PA).

Rencana tersebut tak menyebut peran apa yang Nanti akan dipegang Israel bersama pasukan internasional yang diusulkan. Sekalipun dijelaskan bahwa AS Nanti akan punya peran signifikan dalam rencana itu.

Meski demikian proposal tersebut sejauh ini belum mewakili otoritas Palestina. Sehingga masih diragukan apakah wacana “misi internasional sementara” ini mengantongi restu dari rakyat Palestina, yang Sebelumnya jadi sasaran kebrutalan Israel selama berbulan-bulan terakhir.

(dna)



Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA