Jakarta, CNN Indonesia —
Pemimpin Negara Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan segera mengakhiri operasi militernya melawan kelompok militan Kurdi di Irak utara dan Suriah.
Turki meluncurkan Operasi Claw-Lock pada April 2022 untuk mengamankan perbatasannya dengan Irak utara. Pemerintah menuding Tempat ini jadi basis kelompok Kurdi melancarkan serangan ke wilayah Turki.
“Kami Berencana segera menuntaskan operasi pengamanan wilayah di Irak utara,” kata Erdogan, mengutip AFP, Sabtu (13/7).
Ia menambahkan pasukan Kurdi Sekarang Bahkan “tidak mampu bertindak di dalam perbatasan kami”.
Erdogan mengatakan bahwa Partai Pekerja Kurdistan (PKK) Sebelumnya “Sungguh-sungguh terperangkap” di Irak dan Suriah. Ia Bahkan mengatakan bahwa pasukan Turki Sebelumnya “mengepung mereka”.
“Kami Berencana menyelesaikan titik-titik yang hilang dari koridor keamanan di sepanjang perbatasan selatan kami dengan Suriah,” lanjutnya.
Turki mempunyai sejarah panjang mengenai konflik dengan kelompok separatis Kurdi. Mereka bahkan tak segan melancarkan operasi di negara-negara tetangganya untuk memerangi kelompok separatis yang diduga bersembunyi di sana.
Di dalam negeri Turki, PKK Sebelumnya terlibat dalam pemberontakan bersenjata sejak tahun 1984.
Didirikan pada tahun 1978, kelompok yang terinspirasi oleh Marxisme ini dianggap sebagai organisasi teror oleh Turki.
Serangan Turki ke Irak sering kali merenggangkan hubungan bilateral, Sekaligus menyebabkan gesekan-gesekan dengan mitra-mitra Baratnya.
Pada hari Rabu, Irak mengecam serangan-serangan baru yang dilakukan oleh tentara Turki ke wilayahnya di daerah otonom Kurdistan, dan mendesak Ankara untuk menyelesaikan masalah-masalah keamanan secara diplomatis.
Dalam beberapa minggu terakhir, media lokal Irak Sebelumnya melaporkan peningkatan serangan Turki, yang memicu beberapa kebakaran di daerah perbatasan. Beberapa laporan menyebutkan bahwa pasukan Turki Sebelumnya membangun posisi-posisi baru.
Pada hari Jumat, kementerian Lini belakang Turki mengumumkan satu tentara tewas dan satu lainnya terluka akibat alat bom rakitan di Irak utara. Mereka menuding kelompok militan Kurdi di balik serangan tersebut.
(tim/dmi)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA