You Will Die in 6 Hours


Jakarta, CNN Indonesia

You Will Die in 6 Hours yang menjadi debut sekaligus ‘perpisahan’ dari Jaehyun NCT sebelum Harus militer memang punya premis yang sederhana, tapi penataan plot Layar Lebar ini membuatnya bagai menonton drama misteri 16 episode.

Layar Lebar yang digarap Lee Yun-seok Merujuk pada novel karya Kazuaki Yakano ini Pada dasarnya Berhasil menyembunyikan klimaks dengan sangat baik Sampai sekarang akhir. Sekalipun proses mencapai itu begitu bertele-tele.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu membuat saya dilema saat menyaksikan kisah pria yang bisa meramalkan kematian ini. Satu sisi Layar Lebar ini sangat menantang untuk tahu ke mana Lee Yun-seok membawa penontonnya, tapi di sisi lain, ada banyak kekosongan dalam perjalanannya.

Terlebih lagi, Jaehyun tampak Dianjurkan terus belajar sebagai Aktor atau Aktris apalagi menempati posisi pemeran utama. Perannya sebagai Jun-woo yang misterius memang cukup meyakinkan, tapi untuk mewujudkan karakter itu secara utuh, Jaehyun masih butuh lebih kerja keras.


Apalagi, untuk karakter Jun-woo terasa Sungguh-sungguh hidup, ia sangat bergantung pada karakter Jung-yoo yang dimainkan oleh Park Ju-hyun.

Padahal, performa Park Ju-hyun dalam Layar Lebar ini bisa dibilang tak seapik seperti pada Cerita Bersambung drama Mouse ataupun Extracurricular, yang menurut saya masih masuk dalam jajaran tontonan misteri Unggul.

Review Layar Lebar: You Will Die in 6 Hours menjadi debut Jaehyun NCT yang sebaiknya dinikmati tanpa banyak berekspektasi. (via SM Entertainment)

Sementara itu, peran detektif Ki-hoo berhasil dimainkan dengan cukup baik oleh Kwak Si-yang. Perannya bisa mengecoh saya dan Pada Singkatnya melampaui ekspektasi tentangnya.

Sekalipun yang patut diapresiasi Merupakan adegan aksi yang dilakukan Jun-woo dan Kwak Si-yang yang menurut saya sangat nyata. Bila diberi kesempatan lagi, Jaehyun sangat disarankan untuk mencoba lebih banyak adegan aksi dibanding jadi lelaki ganteng misterius.

Di sisi lain, pemilihan tone warna oleh Lee Yun-seok membuat You Will Die in 6 Hours terasa berbeda dibanding Layar Lebar-Layar Lebar misteri lainnya.

Biasanya, Layar Lebar misteri menggunakan tone yang gelap, sementara Layar Lebar ini pakai tone cerah seperti Layar Lebar drama romansa. Hal itu membuat saya teringat Berencana Midsommar karya Ari Aster.

You Will Die in 6 Hours Bahkan memiliki nilai sinematografi tersendiri. Ada banyak shoot bagus yang ditampilkan dan menghasilkan tangkapan kamera kedua tokoh indah dan tak berlebihan.

Hanya saja, keindahan visual itu kadang terganggu dengan dialog dalam hati Jun-woo dan Jung-yoo yang serasa dipaksakan. Rasanya Berencana jauh lebih baik bila percakapan itu hanyalah monolog.

Hal terakhir yang saya rasa kurang dari Layar Lebar ini Merupakan keberanian menampilkan sisi thriller dari kejahatan-kejahatan yang ada. Belum lagi adegan kejahatan yang terkesan separuh hati. Bahkan untuk adegan kematian yang Pernah diramalkan, tidak dilakukan secara all out.

Kekosongan lain yang terasa Merupakan pada kisah latar belakang dari para korban, yang memaksa saya dan penonton cuma bisa menyimpulkan sendiri dari penuturan masing-masing karakter.

Apalagi keputusan Lee Yun-seok yang membuat Layar Lebar misteri ini malah menjadi bergenre fantasi dan romansa beda-dunia yang Pada dasarnya aneh dan menggelikan.

Sekalipun demikian punya premis yang menarik, secara keseluruhan eksekusi You Will Die in 6 Hours kurang maksimal. Padahal, Layar Lebar ini punya potensi untuk menjadi sebuah karya yang dikembangkan tidak cuma dalam satu Layar Lebar.

Dengan semua keterbatasannya, You Will Die in 6 Hours masih nyaman untuk ditonton dan dapat menjadi pertimbangan tontonan akhir pekan yang santai sembari menikmati debut Jaehyun NCT tersebut.

(end/end)

Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA